Jumat, 26 November 2010

Étoiles

...Étoiles...
Étoiles © Bels [Mika]

YongSeoKyu. Mereka, masing-masing adalah manusia yang tak bisa saia miliki.

Étoiles merupakan bahasa Perancis dengan arti: BINTANG.

Karena kamu, bintang yang bercahaya redup, dengan kebimbanganmu

Bulan purnama menyorotkan lingkaran tiga ratus enam puluh derajat bercahaya. Tik Tik Tik, waktu berdetik. Sedasawarsa detikan terakhirnya kira-kira menuju pukul sembilan malam. Sepuluh, angka yang dihitungnya mundur, seperti sepuluh jari yang telah disiapkannya pada kedua tangannya.

Sepuluh. Sembilan. Delapan. Tujuh. Enam.

Tangan kirinya dikepalkannya sempurna. Lima detik lagi yang akan dihitungnya.

Lima... Empat... Tiga... Dua...

... Satu.

TING!

Kini kedua matanya menatapi kedua tangannya yang terkepal bulat. Bibirnya tergerak melengkung, membentuk sabit sempurna. Sempurna, telah jam sembilan pas—waktu yang tiap hari ditunggunya.

Dia—Seo Joo Hyun—cepat-cepat beranjak dari bangkunya. Kemudian, membanting dirinya pada bantalan ranjang empuk miliknya.

Tangan kirinya menopang dagunya tatkala tangan kanannya tergerak-gerak menuju jendela kamarnya. Ia mengerahkan sedikit usaha demi melepas gorden jendela yang menutupi panorama malam. Yak, berhasil. Cahaya malam itu telah berpantul menuju matanya.

Ini malam rutinitasnya. Selalu ia luangkan waktu setidaknya dua-tiga puluh menit demi mereka yang di langit—bintang. Selalu ia menghitung detik-detik menuju jam sembilan—jam yang dianggapnya paling sempurna tuk memandang himpunan bintang.

Kedua bola matanya tak terlepas dari kerlap-kerlip kawanan sinar itu. Begitu berkilauan pancaran matanya kini. Sulit baginya tuk berkedip walau hanya sedetik. Langit gelap telah menghipnotisnya.

Setidaknya ia tak terpaku di sana terlalu lama. Tak sampai sepuluh menit ponselnya berdering. Sunggu mengganggu suasana.

Neomu neomu meotjyeo nooni nooni busyeo~ Sumeul moth shigesseo tteollineun geol~ Gee gee gee gee baby baby baby~

Tadinya Seohyun berpikir takkan mengangkat panggilannya bila tak menatap terlebih dahulu nama yang tertera di sana. Yong Hwa Oppa.

“Yeobuseo? Oppa?”

“Ya! Seohyun. Selamat malam!” ucap Yong Hwa. Terdengar sebuah nada riang dari sebelah sana.

“Ne, selamat malam juga, oppa. Ada apa?”

“Tidak, hanya ingin menyapa. Dan juga, ingin menebak apa yang sedang kau lakukan sekarang.”

Seohyun hanya tertawa kecil. “Ya, cobalah tebak, oppa. Apa yang sedang kulakukan?”

Yang ditantang hanya diam sejenak. Kemudian mulai menyimpulkan. “Ne, Seo Joo Hyun, kau sedang menatap bintang-bintang di langit malam ini, bukan?”

Seohyun cukup terkejut. Hei, sihir apa yang digunakannya?

“Yak, oppa pintar! Bagaimana oppa bisa tahu?” ungkap Seohyun khalayak seorang guru memuji muridnya.

“Haha! Kau tidak perlu tahu darimana aku bisa mengetahuinya! R-a-h-a-s-i-a!”

Seohyun menggembungkan pipinya. Ia diliputi penasaran berkat Yonghwa.

Apa mungkin ia dimata-matai? Lucu sekali.

“Oppa! Kau tahu dari mana? Apa jangan-jangan kau memata-mataiku?!”

“Seo Joo Hyun, bila kuberitahu namanya bukan rahasia. Mungkin, suatu saat, bila saatnya telah tiba, aku pasti akan memberitahumu. Tenang, aku janji.”

“Oppa curang!”

“Ya, hehe. Maaf telah mengganggu kegiatanmu, Seohyun! Selamat menatap semesta!”

Dan komunikasi pun terputus.

Seohyun hanya mengerutkan alisnya. Namun untuk sejenak, ia tak peduli lagi. Ada baiknya ia melanjutkan aktivitasnya yang sempat terpotong ketimbang mempermasalahkan tanda tanya itu. Waktunya telah terpotong dua belas menit dalam pembicaraannya dengan Yonghwa.

Kemudian, ia menatap langit kembali.

Namun langit malam telah gelap. Beberapa bintang mulai terlihat berkurang, atau mungkin cahaya mereka telah redup. Sungguh, saat itu juga, Seohyun sedikit merutuki Yonghwa dalam hati. Bila tanpa dia, mungkin ia sudah puas menatap titik-titik cerah di langit itu.

Kemudian ia memutuskan untuk tidur tanpa memikirkan apapun yang terjadi.

###

Hei, pagi yang cerah.

Seohyun berhasil membuka kedua matanya dari segala kantuk dan penat. Waktu yang ditatap kedua matanya menunjukkan pukul tujuh pagi. Ia tahu, sesaat lagi ia harus bersiap di dapur untuk membantu unnie-unnienya memasak. Oleh sebab itu ia cepat-cepat mandi agar tak merepotkan.

Hal yang pertama harus dilakukannya ialah membangunkan Sunny dan Sooyoung terlebih dahulu. Ia terlebih dahulu membangunkan Sunny, sebab ia tahu bahwa Sooyoung ialah yang tersulit untuk bangun dari ranjangnya.

Kemudian, ia melangkah menuju dapur. Di sana telah siap Tiffany dan Taeyeon yang memang bertugas di dapur hari Senin. Ia cukup membantu membuatkan sarapan untuk keenam member lainnya.

Kini sang Seororo telah siap untuk terjun dalam kebebasannya. Ia telah melakukan seluruh rutinitasnya hari ini. Apa yang kurang? Tinggal waktu luang dan bersantai sepanjang siang bolong. Setidaknya, betapapun ia menyukai Keroro, ia takkan berbuat aneh-aneh dalam waktu istirahatnya.

Seohyun membaringkan tubuh mungilnya pada sofa SNSD yang terletak pada ruang tamu. Ia sedikit memejamkan matanya dan menghela nafas. Di depannya terpaku sebuah televisi. Sedang tak dipakai siapapun. Biasanya, televisi ini jarang mati. Kalau tidak Sooyoung yang menonton, pasti Hyoyeon yang ada di sana.

Namun, nampaknya tidak ada siapapun yang menguasai TV ini. Seohyun memutuskan untuk menonton suatu acara.

Namun, tepat sebelum ia memegang remote, ponselnya berdering lagi.

Seohyun memandang dahulu siapa kontaknya sebelum ia memutuskan untuk mengangkatnya. Kali ini muncul nama yang tidak terlalu dekat dengannya. Kyuhyun.

“Yeobuseo? Oppa?” lagi. Seohyun mengucapkan kalimat itu lagi siang ini.

“Ah, yeobuseo, Seohyun. Siang.” Itu benar-benar suara merdu Kyuhyun yang berbicara. Ada apa gerangan?

“Ya? Ada apa, oppa? Tumben sekali.”

“Ya, memang sangat tumben. Tapi tak apa, bukan? Apa aku mengganggu?”

Seohyun bersandar lagi pada bantalan sofa. “Yaaa... tidak apa, sih. Ada apa?”

“Bagus. Yah, sebenarnya aku hanya ingin menyapa saja,” lagi. Jawaban yang lagi-lagi didengar Seohyun. “Tapi, bukan hanya itu. Hei, Hyun, kau ada acara malam ini?”

“Tidak. Tidak ada, oppa. Ada apa?”

Diam sejenak. Kedengarannya Kyuhyun sedang menyiapkan pidatonya. “Ah, tidak. Ah, Seohyun, kau mau menemaniku malam ini?”

“Kemana?”

“Hanya ke taman belakang dorm Super Junior. Bagaimana?”

Taman belakang dorm Super Junior sungguh menakjubkan. Rerumputannya tertata rapi, begitupun bunga dan tanaman lainnya. Di sana juga ada sebuah kolam kecil tempat beberapa ikan mas berenang di dalamnya. Benar-benar beraksen alam yang harmonis.

“Boleh saja, Kyuhyun oppa. Aku harus datang jam berapa?”

“Terserah. Tetapi, kusarankan untuk datang jam setengah sembilan.”

“Baik, aku pasti datang.”

“Ya, kutunggu kau, Seohyun.”

Panggilan dimatikan.

Setidaknya setelah komunikasi di siang hari itu, sebuah senyum terpampang dari wajah Kyuhyun. Ia terlihat lucu saat senyam senyum sendiri di kamarnya.

Seohyun punya kegiatan malam ini. Ia harus memberitahu terlebih dahulu Taeyeon, sebab terkadang SNSD punya kegiatan mendadak yang sama sekali tidak mereka ketahui.

Meminta izin dari seorang Taeyeon cukup mudah. Seohyun hanya perlu memberitahu alasannya keluar malam-malam dan mempersiapkan alat penyamaran agar tak diketahui publik. Taeyeon langsung menyetujuinya tanpa pikir panjang saat itu.

Malam pun tiba, dan Seohyun memutuskan untuk hanya memakai baju casualnya. Satu hal yang kontras, malam itu ia pergi dengan kacamata hitam dan rambut terikat buntut kuda. Menurutnya itu cukup untuk sebuah penyamaran.

Betapa beruntungnya, tak ada siapapun yang berhasil membongkar identitasnya. Ia sampai dengan selamat hingga ke dorm Super Junior. Ia tak masuk ke dalamnya, melainkan langsung menuju tempat yang dijanjikan.

Dan di sanalah, kedua mata Seohyun menangkap sosok Kyuhyun yang tengah terduduk dalam alas parasut. Matanya nampak sayu menatap langit. Namun, entah mengapa, Seohyun berpikir bahwa... Kyuhyun sungguh keren bila dipandang dari sudut ini.

Eh? Benarkah pemikiran itu, Seororo?

Seohyun menghampiri Kyuhyun. Entah mengapa, ada sedikit perasaan gugup dalam batinnya. Perasaan yang muncul, dan tak bisa ia mengerti.

“Kyuhyun oppa, aku sudah datang.”

Kyuhyun nampak agak terkejut saat mendapati Seohyun telah berada di belakangnya. Padahal sedetik yang lalu, ia masih berfantasi dengan alamnya. Bisa terasa bahwa ia agak sedikit canggung, namun terlihat bahwa ia berusaha keras menutupi kecanggungan itu.

“Ah, hei, Seohyun?”

“Hai,” sahutnya pendek, singkat, dan signifikan. Mungkin saja, kedua mahluk itu sedang kehabisan topik pembicaraan.

Kyuhyun tetap dalam posisi gugup. Dia benar-benar tak pandai berakting. “Err... duduklah di sini,” ucapnya seraya menepukkan tangan kiri ke tanah sebelahnya.

Seohyun hanya menurut tanpa curiga sekalipun. Mungkin karena ia yang terlalu terbiasa bersanding dengan lelaki di sebelahnya?

Seohyun terduduk. Kemudian ia menatap langit. Ah, benar. Ia lupa. Seharusnya ini jadwal baginya untuk berbaring menatap bintang.

“Kenapa?” Kyuhyun menangkap sebuah keganjalan dalam Seohyun. Namun sesungguhnya ia lebih takut bahwa Seohyun telah dalam perasaan sangat bosan.

Seohyun menoleh. Ia tersenyum sebagai bukti bahwa ia tak apa-apa. “Tidak. Aku hanya baru ingat bahwa seharusnya aku menatap bintang malam ini.”

“Wah? Kebetulan sekali kalau begitu. Kau bisa menatap bintang di sini... bersamaku.”

Nah, Kyuhyun? Apa kau baru saja memberi sinyal-sinyal cinta?

Seohyun menatap angkasa. Kemudian tertawa kecil. “Ahaha, oppa benar! Aku bisa menatap semesta lebih dekat rasanya!”

Kyuhyun ikut tersenyum. Bagus, ini langkah yang sangat tepat. Mengajak Seohyun menatap bintang. Ia merasa sedikit menang.

“Ne, kau sangat suka bintang?”

“Suka sekali!” Seohyun menjawab antusias. “Oppa tahu? Aku juga sangat suka tentang astrologi dan beberapa ramalan! Hal yang paling ingin kubaca saat membeli majalah baru adalah tentang zodiaknya.”

Kyuhyun semakin mengembangkan senyum. Satu lagi informasi yang didapatnya tentang Seohyun. “Hyun, kau sendiri bintang apa?”

“Cancer! Oppa sendiri?”

“Aquarius,” jawabnya. Ia tak melepas pandangannya dari gadis manis itu. “Hei, kau pernah membaca tentang hubungan Cancer dengan Aquarius?”

“Biasa saja. Menurut pengamatanku juga begitu. Cancer dan Aquarius mungkin kurang cocok.”

Ya, sejak saat itu Kyuhyun tak lagi mempercayai ramalan bintang.

“Ah, ternyata begitu. Hei, Hyun, lebih baik kita menatap bintang lagi. Mereka sangat indah ketika berpadu dengan langit malam.”

Seohyun tertawa lagi. “Hahaha, oppa bisa saja. Ya, kau benar. Bintang-bintang itu sangatlah indah. Mereka seperti cat air yang sengaja ditumpahkan kuas dengan cara menyiprat-nyipratkannya ke dalam kanvas langit. Aku senang memandangi mereka tiap malam.”

“Ya, kau benar. Malam sangatlah indah—terutama malam ini.”

“Wah? Ada apa? ... Karena... aku? Hahaha.”

Ya, benar. Itu semua karena kau, Seobaby. Kau memang sangat pintar, apalagi ketika membaca perasaan seorang devil Kyu.

Kyuhyun mengukir senyumnya terlebih dahulu sebelum ia mengatakan pengakuannya. “Malam ini benar-benar indah, Hyun. Itu semua memang karena—“

Neomu neomu meotjyeo nooni nooni busyeo~ Sumeul moth shigesseo tteollineun geol~ Gee gee gee gee baby baby baby~

Bagus. Ponsel sialan.

Seohyun terfokus pada ponselnya. Ia merogoh-rogoh sakunya dan berhasil mendapatkannya. Sekali lagi, malam hari ini, kontak yang sama dengan malam kemarin. Yong Hwa Oppa.

Baik, Seohyun. Malam ini ia meneleponmu lagi. Malam ini ia mengganggu lagi aktivitas malammu.

Baik, Kyuhyun. Yong Hwa menghentikan langkah akhirmu. Menghentikan pengakuan perasaanmu.

Jung Yong Hwa. Tanpa kau sadari, kau telah merugikan dua sejoli ini.

Seohyun baru akan mengangkat panggilannya sebelum Kyuhyun melarangnya. “Jangan diangkat.”

“Mengapa, oppa?”

“Pokoknya jangan. Malam ini akan kau habiskan dengan memandang dan terus menatap langit bersamaku. Lupakan orang itu untuk sesaat.”

Seohyun hanya menatap polos seakan tak mengerti. Namun ia hanya mengangguk saja. “Ne. Sebaiknya Yong Hwa oppa tak mengganggu aktivitasku.”

Mereka berdua tersenyum. Fokus mereka terhadap angkasa. Titik-titik bercahaya itu lebih enak dipandang tanpa gangguan siapapun. Tanpa Yong Hwa yang menelepon. Saat itu juga, Kyuhyun berharap bahwa momen seperti ini akan terus terlaksana.

Dan kini, langit malam telah sepenuhnya bersinar. Bintang-bintang benderang menghiasi langit yang dilihat Seohyun dan Kyuhyun bersama.

Hei, bukankah bintang-bintang itu memang manis? Ya, semanis mereka berdua.


-End-

Minggu, 21 November 2010

Another Day in Cacaqualeta

Another Day in Cacaqualeta

By Us: Fanoy and Beloy


xxx


ENJOY!

Entah apa, namun matahari pagi ini bersinar tak biasa. Cerah, dan segar. Setidaknya itu yang dialami member kita yang satu ini : Angelicoy. Terbukti dari hidungnya yang terulang kali menarik nafas—menghirup oksigen, kemudian menghembuskan karbondioksida.

Lain tempat, lain suasana. Kita berpindah pada langit mendung di arah barat. Duduk 2 mahluk tak normal yang sedang menatap awan berarak. Merekalah Fanoy dan Beloy, dua ARTIS komedi papan bawah. Udah jayus, gaje, lebay pula. Gak heran kan kalo jadi artis komedi papan BAWAH?

Fanoy dan Beloy masih ngeliat awan. Kayaknya awan mendung tuh indaaah banget kaya liatin Brad Pitt lagi akting. Eh, tapi, begitu si mas-mas es krim Medan dateng, pemandangannya langsung teralih ama si mas-mas itu deh. Kenapa? Emang yang jadi tukang es krim si Kim Bum? Wah, kalo si Kim Bum yang jadi tukang es krim, saia juga bakal pingsan kok!

Tapi yang namanya imajinasi, hanya belaka. Mas-masnya orang biasa. Bukan Brad Pitt, Ariel Peterpan, apalagi Kim Bum. Ternyata dia itu salah satu member kita juga—si Reynoy. Mas-mas botak yang selalu kita lihat di Taman Lawang itu, lho. Eh, kita jahat banget ya. Sebenernya itu mas-mas kita liat di bengkel Pak Haji.

Mereka—si Fanoy and Beloy kebetulan pengen ngemil. “Ehh... Mas! Mas botak yah? Eh, enggak? Oh, maap. Kita cuma mau pesen es krim dong! Si Beloy coklat ya, saia vanilla!”

Reynoy cuma ngelongok kayak ikan cupang. Kayaknya dia ngerasa aneh gitu. Kayaknya muka-muka nista mereka terasa familiar deh. “Eh, kayaknya lu pada gue pernah liat deh. Di tipi yah? Ooo lu yang sering muncul di Opera Pan Kensterrr.”

Si Fanoy tersenyum bangga. “Maap bang, bukan Opera Van Kensterrr. Tapi, Opera Van Kensteir. Betewe, mas ini orang Sunda yeee? Oh ye, es krimnya mana?”

“Oh okeh. Nih, satu scoop es krim Coklat, ama Vanilla. Semuanya goceng aja. Aslinya sih, harusnya noban. Tapi, karena eneng cakep, plus jayus, abang kasih murah deeeh!”

Lain tempat di Gereja Trinitas, dimana orang-orang katolik bersembahyang, seorang Audroy yang salah satu member lagi merenung tentang nasib kedua adiknya: Feloxoy dan Pedroy.

“Aduuh, malang banget sih nasib aye. Males banget deh punya adik nista, laknat, gaje, nyebeliiiinnn bangeeet!”

Di tengah-tengah perenungan penyesalannya itu, tiba-tiba secara mistiknya muncul sebuah tanda di langit. Bercahaya klining-klining klincong gitu deh seperti giginya Tukul.

Usut punya usut, gak taunya itu cahaya dari ibu peri! Ibu perinya cantik deh. Secantik Luna Mayat! Modis dan fashionable, bajunya pake manik-manik berlian gitu deh! So pasti ibu perinya kaya. Aye juga mau deh (?) *nah lo?*

Ibu peri super cantik itu mengaku, namanya bukan Luna Mayat. Namanya Tamara Blezinsky, pengennya sih gitu, tapi kenyataannya namanya itu Tamoy.

“Abrakadabra VitosVankensteir! Wahai anak cakep bak permaisuri, kamu kenapa?”

Audroy tersentak kaget. Ia termenung menatap langit, amat terkejut dengan kehadiran sang ibu peri yang cantik banget. Dalam hati dia malah ngiri, ‘Gila, bajunya itu, lho.’ *gubrak!*

“A-Anu, kamu siapa? Kok bajunya keren gitu? Terus kok kamu bisa terbang? Terus cahaya klining-klining apa itu?”

“Aduh, gak usah banyak tanya deh. Ibu peri pusing tauk! Soalnya ibu lagi mikirin jadwal ibu yang sangat padat!”

“Pusing? Minum Panadol, bu.”

Yeh, ni anak promosi. -_-

“Ibu di sini buat nemenin kamu. Buat dengerin curhatan kamu. Ibu bisa ngabulin 10 permintaan kamu.”

“BENERAN BU?! MAU DONK! BEBEKBERRY, iPreet, iPon, Meredes Brenz, Laptop Angker, elsidi tipi 32 incong, Air Condibioner, Paket liburan ke Kuburan, sapi, ama ayam!”

Ibu peri hanya mengerutkan alis dan sweatdrop. “Nak, kalo minta sesuatu, logis dikit kek. Sapi ama ayam buat apa?”

“Buat makan adek saia lah! Emang dikira, BEBEKBERRY dan segala tetek bengek itu cuma buat saia? Ibu salah! Itu buat adek saia!”

Ibu peri ngalah juga. Capek berurusan ama nih anak. Ya udah deh, dia pasrah aja. “Okelah kalo begitu...”

xxx

Di Mall Cacaqualoy, keluarlah 2 anak remaja yang hidupnya serba mewah dan mereka juga salah satu dari member. Mereka tuh di sono mau shopping. Yah, biasalah, namanya juga orang kaya. Lalu masuklah mereka ke toko. Coba tebak toko apa? Yep, toko PEDIGREE. Bukan, bukan buat nyari makanan anjing buat dimakan, tapi buat ngeliat-ngeliat mahluk berlendir yang bernama anjing doank. Inget, NGELIAT DOANK.

Oh, iye. Mereka itu—si orang kaya, namanya Laurensoy dan Veeganoy. Eh, eh, ternyata ada yang ikut lagi. Feloy, dan Angelicoy. Betewe, si Angelicoy udah selesei napas di udara segar.

“Hai Jengz!” sapa kelompok Laurensoy.

“Hai too!” bales kelompok Angelicoy.

“Ngapain lo?”

“Lo juga ngapain?”

“Alaaaahh, gak usah nyolot deh! Lo mau ngapain hah?”

“Elo tuh yang mau ngapain!”

Lah? Koq elo pada jadi berantem gini? Gak sesuai naskah coooy!

“Oh iye...” kata mereka. Dodol.

Okey dokey! Back to naskah!

“Haii Ngelicoyz, Feloyz!” sapa Laurensoy dan Veeghanoy.

“Ih! Alay! Kayak Fanoy aja~!” bales mereka sambil nyempilin Fanoy.

Beeep Beeep.

“Eh, sebentar ya Lau, Ve. Ada sms dari Fanoy nih.”

To = Angelicoy

From = Fanoy

Msg = Heh, ngapain nama gua pake muncul di naskah? Dasar gemblung -_-!

Nah lo? Fanoy punya telepati yah? Hayoloooo Angelicoy!

To = Fanoy

From = Angelicoy keren

Msg = Ya udah maap ==” betewe, lu punya telepati yah? Koq bisa tauk?

Maaf, SMS seterusnya tidak dipublikasikan demi kepentingan negara.

Intinya, akhirnya mereka semua baikan. Angelicoy baikan sama Fanoy, Angelicoy gak bakal ngatain Laurensoy alay lagi, Angelicoy tidak akan minum es jambu lagi (?), Reynoy tidak akan membiarkan kepalanya botak lagi, Ibu peri Tamoy berjanji gak bakal ngabulin permohonan Audroy lagi, Audroy berjanji bakal minta permohonan yang aneh-aneh lagi, Fanoy dan Beloy berjanji untuk tidak menulis FANFICTION ABAL LAGI (yang sekarang juga gak abal koq weeeekkkz).

Selesai –dengan gajenya-

P.S Fanoy dan Beloy: WE ARE THE CHAMPIOOONN! O YEAAHH! #gakjelas

Mohon maaf atas kesamaan nama, tempat, de el el. Mohon maaf juga karena udah ngebuat kalian jadi OOC (Out Of Character), jadi aneh, dan gila. MAAF YAAAAAAH!

Fic ini Collaboration dari Fanoy dan Beloy. Fic humor abal! Thank you for reading!

Sabtu, 30 Oktober 2010

Halloween?


TRICK OR TREAT?



(: HAPPY HALLOWEEN :)


bah, gak ada yg spesial di malam halloween kali ini =,= sama kaya taon dulu. /malahcurhat/

Minggu, 24 Oktober 2010

Demam Korea


KOREA! Negara itu sedang ramai dibahas, kan? Mulai dari lagu-lagunya, dramanya, artisnya, uuaaahh! Lagi booming semua! xD

Yupp! Aku pun juga begitu! Tertular virus-virus mikroba Korea! Mereka merasuk dalam diriku hingga menjadikanku overdosis! xD

OMG! OMG! Artis-artisnya itu loohh!!! Boyband-Boyband dan Girlband-Girlband yang mempesona! Aktor dan Aktris yang cakep-cakep dan cantik-cantik! xD Aaaa! Aku ingin memiliki mereka! KIBUM, LEETEUK, DONGHAE, SUNGMIN, KYUHYUN, HANKYUNG, RYEOWOOK, KIM BUM, YOONA, YURI, SEOHYUN, JESSICA, TIFFANY, SUNNY, YUNHO, G DRAGON, TOP, SEUNGRI, DAESUNG, TAEYANG, VICTORIA, KRYSTAL, SULLI, JONGHYUN, KEY, LEE HONG GI, JUNG YONG HWA... AAAAAAA~!!! xD

Ah, calm down. Aku terlalu lebay. Okeh, sebelumnya aku bergila ria dulu. Yup, aku emang cinta Korea, sangat suka Korea, dan menyukai artis Korea. Aku akui, mereka sekarang telah menjadi favoritku, melebih artis Jepang—yang dulu sangat kupuja. Tapi sampai sekarang ada kok, beberapa artis Jepang yang masih namanya melekat pada pikiran saia. Cuma aja, Korea lebih terpusat! Dan skarang aku cinta Korea! xD

Padahal, jujur aja, dulu aku gak suka sama sekali ama Korea, lho. O_o Malah terkesan agak membencinya. Abis dulu hidupku penuh dengan Jepang, Jepang, dan Jepang. Yah, walaupun sekarang juga masih, sih. Tapi, skarang adalah skarang. Bukan Masa Lalu. Dan sekarang... KOREA MULAI MERASUK DALAM DIRIKU! AAAAAAAA!

Masalah Saia

Apa saia egois?
Apa saia lebih mentingin kehidupan saia?
Apa saia munafik?
Apa saia menyebalkan?
Apa saia terlalu childish?


Seberapa berharganya saia di mata teman-teman saia?
Apa saia diperhatikan mereka?
Apa saia pernah dibicarakan mereka? Apakah itu positif--atau negatif?
Apa saia dijauhi?
Apa saia diguncingkan?

Sebenarnya apa masalah saia?
Poloskah saia?
Dosakah saia?

Akh, sudahlah. Saia stress. Semua beban itu. Semuanya.

MENGGEROGOTI PIKIRANKU. MENCURI KONSENTRASIKU. SAIA PUSING.

Jumat, 15 Oktober 2010

Jack O' Lantern


Jack, ia penguasa malam.

Jack, ia bersenandung. Ia tertawa gurih. Ia berlari.

Jack, ia penebar cahaya jingga pekat. Sangat pekat, sampai-sampai membutakan kornea.

Jack, ia yang memimpin drama. Ia lakoni tokoh utama. Kalian yang jadi tokoh antagonis dan tritagonisnya.

Jack, ia anak kecil yang memimpikan kebahagiaan. Lihatlah, ia menabur benih dalam labu. Lihatlah, labu itu bermandikan cahaya jingga pekat.

Jack, ia suka membawa bungkusan. Ia suka berlari dan menghampiri siapapun. Ia suka menjamah orang, dan bertamu di rumahnya.

Jack, ia bertamu. Ia bertamu, tapi punya maksud lain. Lihat, pastilah sesaat lagi. Sesaat lagi ia akan minta sesuatu atas kehormatannya dalam bertamu. Tak usah khawatir. Tak usah cemas.

Jack, ia hanya butuh camilanmu. Ia hanya ingin manisan. Ia hanya ingin makanan yang merusak gigi dan pertumbuhannya. Tiap orang akan memberinya, entah dengan sukarela ataupun paksaan.

Jack, pada siapa kau akan bertamu malam ini?

Fin.

Uhuhu... gaje bukan? TwT