Minggu, 10 Oktober 2010

Curhat


Pribadi yang Tak Menentu

Aku—anak yang penuh kebimbangan. Tak tetap pendirian. Mudah tersesat. Labil.

Aku sedang penuh beban dalam hidup. Hitung saja, mulai dari beban sekolah, beban masalah, beban stress, dan kebimbangan pribadi. Aku tak tahu mengapa. Dulu, sebelum dinobatkan menjadi anak kelas Sembilan, aku tak pernah punya ataupun memikirkan masalah seperti ini.

Akhir-akhir ini ada yang berbeda. Aku mulai merasa terpencil. Aku seperti tak dianggap. Itu membuat diriku bertanya dan sangat ingin membutuhkan jawaban. Itu dari salah satu sisi masalah sekolah.

Mereka kayak mengacuhkanku. Kalo digituin, gimana perasaan kalian? Sebel. Kesel. Aku terus memupuk dendam dalam hati. Tapi selalu aku coba berpikir positif. Namun kayanya pikiran positif itu mulai kabur dariku. Akhir-akhir ini aku jadi lebih pemarah, egois, dan mulai jauh dari yang baik-baik. Okeh, aku tahu aku salah. Itu karena aku lagi sangat LABIL.

Ya, aku AGAK pendiam. Aku tahu itu. Rasanya julukan seperti itu melekat padaku sejak kecil. Bukannya agak pendiam, namun, rasanya malas saja mengurusi masalah-masalah yang ada. Rasanya juga sulit memercayai siapapun untuk diajak curhat. Lagipula sepertinya kalangan sekolah lebih memilih orang yang kaya akan materi, dan punya penampilan menarik. Tapi, percaya deh, kalo soal ngomongin tentang yang kusuka dan kumengerti, pasti aku jadi seratus delapan puluh derajat sangat cerewet (apalagi yang menyangkut anime. Hehe :D)

Okeh, itu pemikiranku di sekolah. Coba berpindah pada pribadiku di kalangan gereja.

Aku tiga ratus enam puluh derajat berbeda. Pribadiku sangat-sangat lain bila dibandingkan di sekolah. Misalnya, di sekolah aku dikacangin tiap kali mau gaje. Sedang di gereja? Sekali diam pasti ditanya, “Bel, tumben lu diem?”

Di gereja juga gak kayak di sekolah. Aku gila dan gaje di sana. Suka mendendangkan lagu-lagu pujian kepada Tuhan dengan lebaynya bersama teman-teman. Juga suka rusuh dan bikin heboh di sana. Hihi :D

Ada juga contoh lainnya. Tiap diajak berpergian, ataupun ketemuan, dimanapun bajuku selalu dikomentari. Kalau orang sekolah, begitu aku datang, pasti langsung dikomentari begini-begitu. Seperti, “Bel, baju lu kayak emak-emak.” Dalam ati aku bales, “Emangnya lu nyokap gue? Apa hak lu komentarin baju gue? Gue mau pake apa kek, ya terserah gue.” Tapi cobalah tengok di kalangan gereja. Tiap dateng, dikomentarin kayak gini, “Iihh~ Bela bajunya bagus-bagus yaa~” Beda banget, kan?

Dua pribadi. Satu pendiam dan agak terasingkan, Satu periang dan sangat menghebohkan. Nah, aku jadi bingung dengan pribadiku yang teramat sangat bertolak belakang ini. Aku pernah kepikiran untuk bener-bener pengen ngerubah tingkah lakuku di sekolah menjadi sama seperti yang di gereja. Tapi kayanya mulai susah. Mereka terlanjur mengenaliku kayak begitu. Okeh, kutunggu masa-masa ceria SMA-ku. Aku membuat target untuk merubah total pribadi jadi sama kayak di gereja. Gaje, gila, lebay, dan periang (Tapi tetap tidak menghilangkan sifat otaku. Wkwk). Tuhan, bantu aku, ya? :)

Itulah kenapa selama ini aku hanya mencoba sabar dari luar, tapi menyimpan masalah di dalam. Ingat, sabar juga ada batasnya. Mungkin bentar lagi pitamku bakal memuncak. Tapi aku selalu coba inget kata-kata Yesus, “Kasihilah musuhmu.” Okeh, sekarang aku masih sabar dan memasrahkan diri pada Tuhan. Biarin deh, Tuhan yang ngebales. Tapi waktu pitamku memuncak, aku ragu masih nginget kata-kata Tuhan. Saat itu tiba, Tuhan, ingatkanlah aku tentang pesanmu, ya.

Gimanapun juga, sahabat adalah yang terbaik. Pokoknya aku selalu sayang dengan sahabat-sahabatku, terutama sahabat sedari kecilku, Vany, dan sahabat-sahabat gereja, Cacaqualeta, Diandra, Martif, Veve, Sahabat sekolah juga, Sandra, Pety, Ana, Shierly, Demmy, Nia, dan sahabat-sahabat otaku di sekolah, Tasya, Lia, Fanardy, juga sahabat-sahabat dunia maya yang tak pernah saia jumpai dalam dunia nyata. Sis, you’re the bestiest :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar